Rabu, 22 Desember 2010

TANDUK MAMA


Pernahkan kalian disayang ibu kalian?
Tentu pernah,
Pernahkah kalian dimarahin ibu kalian?
Pernah gak yach?
Pernah juga sich, tapi palingan itu juga gara-gara akunya yang bandel.

Mamaku adalah ibu yang paling baik yang ku punyai. Mama adalah orang yang paling sayang dan mengerti akan diriku. Orang yang paling sabar menghadapi diriku. Tak pernah marah atau pun menampar. Tak sekalipun mama pernah main tangan pada anak-anaknya. Walau ku sadari aku ini juga anak yang kadang bandel. Kadang saja karena lebih sering nurut dari pada bandel. Hehehe
Namun sesabar dan sesayang apapun, ku tahu mama tetaplah manusia biasa yang punya batas kesabaran. Dan aku, aku adalah salah satu mahkluk yang sering membuat orang yang paling ku sayangi ini ( mama ) marah. Wah, anak apa aku ini? Ya memang aku kadang tanpa sengaja membuat mamaku marah. Malah kadang aku gak menurut pada mama. Wau jadi ini yang memicu kemarahan siapa?
Seperti yang sudah aku bilang, mama bukanlah orang yang mudah marah. Apapun tingkahku selalu dianggap biasa olehnya. Beliau selalu beranggapan namanya juga anak-anak ( padahal aku sudah 17 tahun ). Namun ternyata benar kesabaran mama bisa saja pudar untuk sesaat.
Malam itu aku benar-benar tak menyangka kalau mama akan marah padaku.
“Udah gak usah pulang saja. Udah main saja terus gak usah pulang,” sambutan mama dengan wajah yang sayu karena udah tidur dan ku bangunin.
Waduh, mamaku beneran marah padaku. Ya waktu itu aku pulang kemaleman. Aku memang sengaja pergi karena bosen di rumah dan pergi jalan-jalan. Pamitnya cuma pergi sebentar bareng someone ( sebut saja namanya Arini ). Tapi karena keasyikan dan aku emang dari awal dasarnya bosen di rumah ya sudah mainlah aku sama Arini sampai pulang kemaleman.
Awalnya sich gak mau sampai selarut itu tapi ya namanya juga atas dasar kesetiakawanan, ( untuk embel-embel ). Ya sudahlah.
Sebenarnya ada rasa bersalah juga dalam hati kecilku karena aku sudah tak menyepakati pamit ku tadi pada orang rumah. Padahal mama sudah bilang aku boleh main asal gak pulang terlalu malam. Kalau bisa sore sudah pulang. Namun namanya juga anak muda ketemu sama teman-teman pastilah lupa waktu dan yang lebih parah lupa pesan orang tau kalau jangan pulang malam-malam. Sebenarnya aku juga tak pernah pergi atau jaranglah. Namun saat itu pengen banget rasanya main dan akhirnya pada ujungnya tragedi my mam marah padaku.
Aku sebenarnya masih bingung antara mama marah atau kuatir padaku? Ya yang jelas mama sempat memarah-marahin aku.
“Udah pergi saja gak usah pulang?” tiba-tiba mama berkata demikian.
Deg. Aku hanya diam saja, aku mulai was-was. Malam-malam pulang disambut dengan kata demikian. Ya ampun apa benar aku yang salah? Mama kalau sudah marah tak banyak omong, hanya diam saja dan masuk ke kamar. Ya begitulah ekspresi orang yang paling ku sayang saat marah, tak perlu membentak-bentak ataupun main tangan. Cukup hanya diam dan cuek saja padaku.
Mama oh mama, maafkan anak mu ini ma…
Mama oh mama jangan diam saja padaku….

Dan malam itu juga aku diam gak berani berkata apa-apa lagi. Hanya diam dan langsung merebahkan diri untuk istirahat.
My mam, maafkan anakmu ini Mam…kalau saja aku tadi pulang agak cepat mungkin mama tak akan marah padaku.
Gumanku dalam hati. Aku paling tidak tenang jika mama sampai marah apa lagi berhari-hari. Kadang aku diam-diam membayangkan kalau mamaku marah seperti itu dan seakan-akan tumbuh tanduk dikepalanya. Wau, sampai segitu aku memikirkannya. Padahal pada kenyataannya tak ada tanduk atau pun muka memerah panas berapi-api. Tetap yang ada malam hanya dingin dan diam. Mama memang diam, tapi diamnya itu membuatku makin takut. Kalau disuruh milih aku lebih memilih mamaku itu kalau marah teriak-teriak saja tapi udah jangan dilanjut, cukup sedetik aja marah habis itu baikkan lagi. Tapi ini yang ada malah sebaliknya, diam membisu tak keluar suara.
Kalau saat malam mama hanya diam dan tidur. Tapi kalau marahnya disiang hari mama hanya akan diam dan mungkin pergi ke luar. Dan aku hanya ikutan diam, menyadari kesalahan dan berharap sang mama akan kembali baikan lagi. Semarah apa pun mama pada ku, beliau tetap melakukan tugasnya sebagai seorang ibu. Masak juga mengurus rumah selalu dikerjakan sendiri.

Kalau mama marahnya berlanjut-berlanjut maka tamatlah riwayatku. Bukankah surga ditelapak kaki ibu?
So ku kerahkan segala jurus rayuan mautku untuk merayu mama agar tak lagi larut dalam kemarahannya padaku. Biasanya caranya yang cukup singkat tapi hasillnya lumayan. Tanpa disuruh aku akan membantunya merapikan rumah. Mencoba mendekatinya dan mengajaknya ngobrol pura-pura basa basi tanya ini itu.
Apa ada yang bisa dibantu? Apa mama butuh ini itu..bla bla bla…
Ya begitulah rayuan maut untuk mamaku. Kalau sudah baikan maka tanduk dikepalanya akan aku hapus. Hehe, ya karena cuma aku yang tega membayangkannya.

Mama ku adalah wanita yang kuat, kalau marah hanya sebentar tak mungkin berlarut-larut. Marahnya pun kadang hanya bisa dihitung dengan hitungan jam.
Sejatinya tak ada kemarahan yang berakibat fatal. Mama adalah orang yang teramat sabar menghadapi anak-anaknya yang bandel juga Papa yang banyak menuntut.
Aku sadar mama akan marah jika memang beliau benar-benar lagi merasa capek, dan melihat keadaan disekelilingnya yang selalu membuatanya susah. Walau demikian mama tetaplah orang yang paling sabar.
Terima kasih Mama, kasih sayangmu tak akan pernah Rend lupakan…
Selamat Hari Ibu, Rend selalu saying mama…Lupp U Mom….


Yogyakarta 22 Desember 2010/ 10.12
Rendy Andromeda
“Tanduk mama, sesuatu yang tak akan pernah ada….”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar