Minggu, 19 Desember 2010

BF YANG MEMBUAT AKU MALU

Kemarin-kemarin aku sempat fakum pada dunia maya ku. Karena aku lagi sibuk kuliah. Dunia maya, dunia yang belakangan ini sering menghibur ku. Lewat dunia maya, khususnya facebook ku temukan kawan-kawan lama juga kawan baru yang makin hari mereka mengisi hidup ku. Rasanya tanpa facebook hidup ku jadi hampa, apa mungkin ini yang dinamakan kecanduan facebook?.
Tapi alhamdulilah kebaikan berpihak pada ku. Sebulan ini aku kembali lagi online. Menyapa teman dunia maya ku lewat facebook yang baru satu setengah tahun aku punya. Dan gak tanggung-tanggung lagi, hampir setiap hari aku online. Mungkin hanya sekedar nyapa temen, buat status komentar atau cuma sekedar ngintip album foto teman-teman.
Rendy Andromeda, itulah nama facebook ku. Teman-teman biasa memanggil ku Rend, mungkin lebih mudah ajah ejaannya. Apapun nama yang dipakai itulah nama yang ku  pilih sendiri. Mencoba tenar di dunia maya.
Entah sejak kapan aku mempunyai teman yang bernama Angel. Aku biasa memanggilnya Dik Angel. Sejak kita kenalan di facebook, sejak itu pula kami semakin akrab. Walau belum pernah ketemu atau kenal sebelumnya tapi aku ngerasa nyaman temenan sama cewek ini. Banyak kemiripan yang belakangan aku mulai ketahui.
“Makasih ya sudah di add”, aku sudah lupa siapa diantara kami yang dulu mengucapkan kata-kata itu.
“Adik Angel itu penyiar radio ya Dek?”
“Iya Kak. Kak Rend bisa kok gabung di radio, mumpung ada lowongan”.
Setidaknya aku sudah mulai tahu seperti apa kesibukan Dek Angel. Seorang penyiar radio. Aku makin berharap ingin kenal dengan sosok Dik Angel. Karena aku juga senang mengenai duni siaran, juga dunia tulis menulis.
Kesempatan mumpung aku punya kenalan seorang penyiar. Jarang-jarang aku punya kenalan orang penting di dunia facebook.
Selama ini aku tak terlalu menggubris teman dunia mayaku. Tapi ketertarikanku pada Dik Angel membuatku terus mencari siapa sosok orang yang aku ingin kenal ini.
“Lho…kok kaya gini sih?” Aku kaget melihat info yang terpampang pada profil Dik Angel
Sedikit percaya juga tidak karena info-info yang biasa terpampang terkadang palsu.
Namun rasa kaget dan penasaran itu kian menjadi setelah ku lihat koleksi foto-foto yang terpampang rapi. Tapi tetap ku urungkan niatku untuk bertanya tentang semua yang ku pikirkan. Aku takut kalau aku menyinggung perasaan Dik Angel
“Hai Kak Rend. Catatan Kakak bagus yah……” sapa Dik Angel suatu hari.
Hobby ku adalah menulis dan ada beberapa catatan ku taruh dalam akun facebook ku. Mungkin Dik Angel membaca cerita juga puisi-puisi yang ada dalam catatanku.
“Wah…makasih ya Dik. “Rend seneng kalau ada orang yang tertarik membaca tulisanku”, balasku singkat.
“Sama-sama, ceritanya bagus. Ternyata Rend berbakat juga. Kamu suka nulis kan? Sama dong, Adik juga suka nulis”.
Wah-wah ini yang membuat aku dan Dik Angel merasa sama. Tak ku sangka ternyata banyak kemiripan antara kami, kami juga sama-sama punya semangat untuk berkarya. Kami saling mendukung satu dan yang lain.
Hari demi hari ku ikuti terus perkembangan status Adik Angel. Mungkin demikian juga yang dia lakukan, karena setiap aktivitasku selalu ada komentarnya.
“Hem…Sukses ya buat Kak Rend. Dah gabung ma grup-grup pencinta sastra”.
“Hehe…wah ada fansku ya? Masak setiap gerak gerikku ada yang memantau. Haduh jadi malu nih punya penggemar, padahal belum terkenal gimana nanti kalau dah terkenal. Hayo ngaku Adik Angel ngefans ya ma Rend?”
“Ah Kakak. Iya Adik ngefans, kok Kakak tau sih?”
“Iya dong. Biasa banyak kok buktinya”, bales ku sambil ketawa sendiri di depan layar komputer.
Koment-koment singkat seperti itu menjadi semangat tersendiri dalam diriku. Aku yang belum tau bagaimana caranya mengembangkan bakat, sedikit banyak dapat masukan dari Adik Angel yang memang kita punya hobby yang sama.
Facebook lagi facebook lagi. Tiada hari tanpa terlewati status Adik Angel selalu aku ikuti.
“Seorang Lesby…???”
Kaget aku pagi itu membaca status Adik Angel yang menuliskan tentang lesby. Apa maksudnya? Aku kembali teringat dengan pertanyaan-pertanyaan ku yang dahulu.
“Apa mungkin ini maksudnya Adik Angel adalah….”
Aku kembali melihat album Adik Angel. Disana terpampang foto-foto cewek-cewek yang terlihat mesra. Dan disana juga jelas terpampang foto Adik Angel yang juga tak kalah mesranya. Ku berusaha membuang jauh-jauh fikiran burukku tentang Dik Angel
Tapi tetap aku tak bisa berfikir jernih. Dalam foto itu Dik Angel terlihat mesra dengan dewek disebelahnya, pasti semua orang akan berfikir aneh-aneh. Dari rasa penasaran, ku mencoba membukanya satu persatu. Ku telusuri, ku baca kata perkata dari setiap komentar yang ditinggalkan dalam foto itu.
“Ya ampun….apa benar semua ini?. Jadi apa yang aku fikirkan tentang Dik Angel adalah benar? Dik Angel seorang…..”, aku tak mampu mengucapkan apa yang ingin ku ucap.
Mataku terus memburu foto-foto dalam album tersebut. Entah mengapa sesak rasanya dadaku.
Ternyata oh ternyata, semua yang Dik Angel posting selama ini adalah ungkapan hatinya. Betapa menderita dan sakitnya dia dalam kenyataan seperti itu. Terjawab sudah pertanyaanku mengenai kata-katanya.
“Iya Kak, lihatlah sekelilingmu, para lesby, homo mereka itu juga manusia yang ingin dihargai”, curhat Dik Angel suatu hari.
Dik Angel, ini yang Adik coba sampaikan padaku lewat puisi-puisi yang telah Adik cipta.
Facebook baru, teman baru pengalaman baru. Ya itulah demam yang kini menyerangku. Waktu ku habiskan berjam-jam hanya memandang layar putih biru, dengan hiasan foto warna warni disana sini.
Kembali siang itu entah kenapa rasa ingin tau ku tentang Adik Angel kembali muncul. Dan seakan ada ikatan batin dalam waktu bersamaan Dik Angel menyapa ku lewat jendela obrolan facebook.
“Hai Om, pa kabar?”
“Apa…?? Om…?? Ya gak apalah. Baik ponakanku yang paling cantik”.
Begitulah keakraban kami tercipta menemani obrolan-obrolan yang kami lakukan hampir setiap hari.
“Dik Angel, dedek siapa tuh yang diposting?”
Aku mencoba mencari tahu lagi tentang yang ku ingin cari kebenaran tentang Dik Angel. Termasuk postingan foto anak cowok kira-kira umur 3 tahunan.
“Kak Rend gimana sih? Itukan anak Adik”.
Hah. Aku dibuatnya terkaget-kaget. Belum usai rasa kagetku tentang lesby, kini sudah ku dibuat kaget lagi dengan kehadiran anak cowok yang diakuinya adalah anaknya.
“Wah dedeknya lucu yah”, ku coba menyembunyikan kekagetanku.
“Iya dong. Mamanya cantik”.
“Hehe…iyalah cantik, tapi kemayu”.
Aku semakin sadar, aku belum tahu banyak tentang Dik Angel. Bahkan statusnya sebagai seorang ibu saja aku tak tahu.
“Kak, percaya gak kalau Adik ini janda lho”.
“Hah…masak, gak percaya tuh”.
Haduh kejutan apa lagi ini yang akan diberikan Dik Angel padaku. Memang dalam info akun facebooknya tertulis status hubungan janda. Tapi apa iya cewek secantik ini janda beranak 1 yang dulunya seorang lesby.
Aku belum mampu menerima semua ini. Seorang yang kuanggap sudah seperti adik ku sendiri mempunyai segudang misteri. Dan misteri ini mulai ku kenal dalam duni mayaku. Dunia baru, facebook.
Kejujuran Adik Angel tidak lantas membuatku memandang sebelah mata, tapi justru rasa ingin semakin kenal tumbuh subur dalam benakku. Aku memang orang yang mudah berkawan dengan siapa saja, bahkan lewat dunia maya sekalipun aku seakan sudah merasa dekat lama. Aku berusaha menempatkan diri sebagai diriku sendiri.
Teman-teman sering bilang bahwa aku ini adalah kawan yang selalu ada dalam setiap situasi. Tidak mudah memang menjadi tempat curhatan kawan-kawan, tapi inilah aku apa adanya Dek Angel saja tak canggung untuk menceritakan kehidupannya padaku. Walau itu hanya lewat puisi.
“Kak….”
“Iya, ada apa Adek ku yang manja juga kemayu?” aku meledeknya karena dalam foto dia terlihat manja dan kemayu.
“Biarin kemayu, yang penting lihat hasilnya”.
“Cie…iya-iya, yang sudah terbukti”.
“Ya itu tau. Walau kini tinggal kami berdua, aku dan anak ku”.
Untuk masalah yang satu ini, aku tak mau bertanya. Aku mau Dek Angel cerita sendiri tentang sosok lelaki yang pernah ada dalam hidupnya. Aku akan sabar menunggu sampai Dik Angel cerita tanpa harus aku memulainya, menanyakan.
“Mau nikah Kak…”
“Apa? Siapa? Adik mau nikah?”
“Iya. Mau kak”.
“Wah…sama siapa? Kakak juga mau Dek”.
Mungkinkah Dik Angel serius? Apa dia sudah mulai merasa butuh pendamping baru untuk menemani kesendiriannya?
“Aku ini hanya orang yang selalu santai jalani hidup. Kenapa juga masih ada yang iri pada hidupku? Buat apa materi ditumpuk-tumpuk?”
“Adik ini kenapa? Tadi bilang mau nikah, sekarang ngomongin materi. Kakak juga orang Yang santai Dek”.
Ku coba menenangkannya dengan kalimat sehalus mungkin. Aku tak mau membuatnya tersinggung.
“Udahlah Dek. Walau Adek tidak kaya, tapi adek mampu berkarya juga hidup bahagia. Kaya miskin bukan jaminan, yang penting ketaqwaan kita. Yakinlah itu Dek”.
“Amin. Makasih ya Om”.
“Masama ponakanku”, mau tak mau jurus keakraban ku mulai lagi.
 “Om, aku mau BF dong”.
“Apa…katanya dah janji gak bakalan diulang lagi?” aku sedikit kesal sama sikapnya.
“Haha…emang BF apa Kak?”
Aku diam saja, tak ku jawab pertanyaan konyol itu. Karena dalam pikiranku BF adalah Blue Film..
“Tauk…pokoknya Adik Angel dah janji gak bakal kembali pada masalalu itu. Masa lalu yang kelam”.
Aku menyesal dengan tingkah Dik Angel yang lagi-lagi menyebutkan BF. BF atau yang ku pikirkan Blue Film, itu berarti Dik Angel bermaksud kembali pada masa lalunya.
“Kak Rend kok diem lagi?” Dik Angel kembali mengirim obrolan di jendela obrolan facebook ku. Namun aku tetap diam, aku tak peduli lagi pada Dik Angel.
“Hem…gak mau nih nyariin BF buat Adik?”
“Apa sih Dik…”
“Jiah, kenapa Kakak malah ngambeg ma Adik?”
“Gimana mungkin Adik bisa ngomong kaya gitu? Padahal Adik udah janji sendiri gak akan mengulangi kesalahan masa lalu”.
Aku tak bisa menahan lagi. Ku ungkapkan semua kekecewaanku siang itu. Cukup waktu ku siang itu khusus untuk Dik Angel. Aku tak rela kalau orang yang ku kenal ini kembali jatuh, mengulang kisah klasiknya untuk yang kedua kalinya.
“Cukup Dek…jangan Adek kembali lagi. kakak mohon Dek, demi persahabatan dan demi masa depan Adik  sendiri”.
Aku mencoba mengatur emosi agar Dik Angel tidak marah di ujung sana.
“Kak Rend, ngomong apa? Mana mungkin Adik tega menghancurkan masa depan”.
“Adik gimana sih?” aku sedikit bingung.
“Adik kan tadi minta BF. Adek suruh nyariin. Ma’af-ma’af saja. Kakak bukan orang yang bergaul dalam dunia kaya gituan Dek”.
“Dunia apa Kak Rend?”
Dik Angel pura-pura atau sengaja tak tahu apa-apa.
“Dunia masa lalu Adik dengan sesama wanita”.
“Haha…ha..ha..”
“Apa lagi ini? Lama-lama males juga chat ma orang yang egois. Di bilangin malah ketawa”.
“Kakak, kakak…salah paham, maksud Adek BF adalah Best Friends bukan Blue Film. Adek normal Kak, pikiran Kakak tuh yang rada gak normal”.
Ya ampun. Malunya aku. Sok tauku kenapa muncul disaat tidak tepat gini sih? Untung Cuma lewat chat facebook. Coba kalau kejadian ini benar-benar dalam dunia nyata. Mata kita bertatap dan aku ngelakuin kesalahan yang memalukan ini.
“Ha…ha…” Dik Angel mesti ketawa di depan layarnya disana.
“Kenapa?” aku tetep cuek. Menutupi malu.
“Makanya jangan asal tebak ajah. Sekarang gimana mau gak cariin BF buat Adik?”
“Best friendskan?”
“Iya dong. Masak Blue Film”.
“Gimana kalau Kakak saja…?”
Biarin aja sekalian udah malu, mengajukan diri jadi BF tak ada salahnya, lagian Adik Angel  baik kok.
“Oke Kakak ku, dari tadi jawaban itu yang Adek minta”.
“Jadi….”
“Yup, jadi kita BF, Rend Angel”.
Obrolan-obrolan siang itu terus berlanjut, bahkan sampai detik ini. Persahabatan kami akan tetap berjalan walau perbedaan usia kami cukup jauh. Obrolan tak hanya sebatas di facebook, tapi lewat pnsel pun hubungan kami berlanjut.
Kami berencana akan ketemuan, tapi tidak untuk saat ini karena kesibukan masing-masing. Adik Angel sosok best friends buat ku, sekaligus sosok ibu bagi anaknya. Lucu, unik juga menjengkelkan. Facebook karena mu ku temukan BF baru ku. Kalau kau bernyawa dan dapat bicara, ingin ku ucap terimakasih atas jasamu menemukanku dengan sesosok yang bernama Angel.

Nama wanita Rendy samarkan demi keamanan privasi


Yogyakarta 19 Desember 2010/ 18.57
Rendy Andromeda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar