Minggu, 19 Desember 2010

KALIURANG DI WAKTU SMA

Pagi itu hari terlihat cerah, tiada awan hitam dilangit seperti hari biasanya. Yang ada hanyalah sinar mentari yang masih malu-malu menampakkan wujudnya di ufuk timur.
            Yap, pagi itu aku dan kawan-kawan akan mengadakan perpisahan kelulusan SMA. 3 tahun kebersamaan yang aku alami bersama kawan-kawan akan segera berakhir. Aku dah kawan-kawan akan menutup kebersamaan dengan pergi piknik bersama.
            Kaliurang tujuan aku dan kawan-kawan hari itu.
            Tepat jam 8 pagi waktu jam tanganku, aku dan kawan-kawan berangkat dari SMA sekolah ku tercinta.
            “Ya ampun…mana muat ini bus menampung kita semua?’ Rudi yang merasa paling gendut diantara kami protes, karena hanya mini bus yang kami gunakan.
            Mau gimana lagi, hanya mini bus ini yang sanggup kami sewa. Bersama-sama kan mengantarkan kami menuju Kaliurang tempat paling sejuk di Jogja.
“Udah. Gak apa-apa, yang kecil kita pangku aja. Kalian mau yah aku pangku?” Mustiko yang sama-sama gendut seperti Rudi ikut ambil bicara.
“Udah. Pokoknya semua duduk. Ini bakalan cukup asal kalian mau berbagi satu ma yang lain. Oke Sip, kita berangkat”, Galang selaku ketua panitia, ketua panitia? Koordinat maksudnya menyuruh kami semua saling berbagi bersama.
Akhirnya berangkat juga aku dan kawan-kawan. Kaliurang tunggu kami.
Wah dalam bus kecil banget, dengan muatan anak I kelas 28 anak. Wah tak terbayang sumpeknya dan panasnya, mana perjalanan juga gak deket. Tapi untung semua itu tak mengurangi indahnya kebersamaan.
“Hore….Akhirnya sampai juga di Kaliurang. Hem sejuknya”, yang jarang ke Kaliurang jadi agak malu-maluin juga.
Sebenarnya aku juga gak tau apa-apa tapi pura-pura sudah kenal daerah sini aja. Ya, jaga gengsi dong, masak seorang Rendy tak tahu Kaliurang…malu-maluin. Walau sebenarnya emang sudah malu-maluin.
“Mumpung sudah nyampai Kaliurang, kita naik ke puncak yuk. Pokoknya semua harus ikut”, Galang memandu dan kami pun ngikut aja apa kata Galang (Maklum dia asli anak kaliurang)
Ya ampun, ternyata tinggi juga puncak Kaliurang ini. Aku ma kawan-kawan protes pada Galang, tapi tetep aja Galang berlalu tak menghiraukan kami. Mau tak mau kami pun mengekor ngikutin Galang.
“Aduh, kaki ku sakit. Capek”, Mei temen ku mulai mengeluh kecapekan.
“Iya…aku juga, tau gini nungguin di bawah ajah”, Elya juga ikut=ikut mengeluhkan hal yang sama.
“Makanya, pakai sepatu kats. Kaya aku, bakal aman deh gak lecet-lecet kaya gitu”, Aku pamerin sepatuku.
Maklum kawan-kawanku Cuma pakai sendal. Yang cewek juga pada pakai sepatu balet, kaya mau ke mall ajah. Hanya aku yang berkostum pas.
Setelah mendaki puncak Kaliurang yang lumayan membuat kaki pegel, tibalah saatnya Sholat Dzuhur dilanjut makan siang.
Lagi-lagi namanya juga anak baru lulus SMA, dan lagi-lagi Cuma anak kost tak ada cukup uang untuk pesan nasi kotak yang mewah, kita hanya pesan nasi padang tanpa lauk sama sekali. Cukup nasi, sambel, lalap dan kuah. Tapi inilah yang namanya persahabatan, nikmatnya kebersamaan yang membuat makan siang di parkiran Kaliurang siang itu terasa nikmat penuh arti.
“Enak banget, yang gak mau kasih aku nanti aku habisin”, Ucup nyeletuh keenakan. Memang dasarnya doyan makan.
Sebenarnya namanya Rahmad tapi karena anaknya item, aku memanggilnya Ucup kayak yang ada di Bajaj Bajuri.
Aku merasa senang bisa jalan-jalan bersama kawan-kawan seperjuangan di SMA, karena tak tahu kapan lagi akan bisa ngumpul bersama seperti ini. Secara kami mempunyai tujuan masing-masing. Ku rasa kawan-kawan ku pun merasakan hal yang sama yang ku rasa.
Kebetulan di Kaliurang ada kereta-keretaan yang akan mengantar wisatawan keliling Kaliurang. Aku pun mengajak yang lain untuk patungan menyewa kereta-keretaan. Tak perlu diskusi lama, mereka pun mengiyakan dan duduklah kami dikursi yang ada di kereta-keretaan.
“Hore…naik kereta”, Amier seneng banget bisa naik kereta-keretaan. Haduh ikut-ikutan malu-maluin aja.
Sebenarnya aku juga mau teriak kesenengan tapi lagi-lagi aku punya gengsi gede. Wah temen-temenku sama ajah ma aku, buktinya pada ketawa tawa cekikikan bisa naik kereta.
“Ayo Pak, berangkat”, Gilang menyuruh sopir kereta untuk berangkat.
Wah baru kali ini aku keliling Kaliurang, bisa melihat pemandangan yang indah sejuk di kiri kanan. Wah-wah ternyata bermodal 3000 rupiah aja keliling Kaliurang kesampain juga.
Tujuan pertama, kami turun.
“Wah indahnya. Pemandangan di bawah indah banget. Udaranya juga sejuk”, aku mengagumi keindahan pemandangan siang itu.
“Hoe……liat ada orang pacaran”, Ucup memanggil kami dari arah samping.
Lagi-lagi namanya juga anak SMA, kami berduyun-duyun menghampiri Ucup. Mendengar kedatangan kami kedua orang yang sedang pacaran tadi lari. Aku pikir, salah gak yah tingkah laku kami?
“Ya ampun…kalian tau gak apa yang mereka lakukan?” Mustiko menanyai kami.
“Iya. Aku tau, ih gak malu apa?” Rudi menjawab. Ku lihat Ucup dan Galang juga menganggukkan kepala.
“Lha emang pada ngapain?” aku mencoba bertanya, karena aku tak tahu apa yang terjadi.
“Wah, kamu masih anak kecil. Gak perlu tau”, Ucup menjawab.
Aku makin penasaran,( masa aku di bilang anak kecil ) Dan baru kutahu ternyata apa yang baru mereka bicarakan adalah pacaran plus-plus. Ya ampun kok berani ya? Ada-ada aja pergaulan remaja sekarang. Tapi itu tak penting buat aku. Karena kedatanganku kan untuk piknik bukan ngurusin orang pacaran.
Kami lalu istirahat di tempat yang telah disediakah, sengaja dibuat oleh pengelola wisata. Kaliurang memang luar biasa, untuk sendiri ataupun bersama.
Karena lantai di tempat itu licin 2 orang temenku sampai jatuh karena kejar-kejaran. Rasanya aku yakin sakit banget tuh. Tapi rasa sakit tak sebanding dengan rasa malu. Ya malulah anak gede-gede pada kejar-kejaran taunya jatuh di depan banyak orang lagi. Malu, mau ngumpet dimana juga dah terlanjur kejadian. Aku dan yang lain bukannya nolongin tapi malah ngetawain aja.
“Duh malunya, sakit sih sakit. Tapi malu juga tuh”, aku meledek Yayan dan Sukma, 2 temanku yang jatuh itu.
Selesai menghilangkan lelah, kami melanjutkan perjalanan menaiki kereta-keretaan menuju parkiran.
Haduh, Ucup-Ucup ada aja yang dia lakuin. Masak naik kereta-keretaan pakai loncat sana sini. Bahayakan kalau jatuh. Emang sih Cuma kereta-keretaan tapi tetep aja jatuh bakalan sakit.
“Eh Cup, duduk kenapa, nanti jatuh lho!” aku mengingatkan Ucup. Karena aku takut juga ngeri kalau temenku ini sampai jatuh.
“Tenang Rend, gak bakal jatuh”, Ucup masih saja tak menghiraukan nasehatku, malah makin parah loncat dari gerbong satu ke gerbong lain.
“Ucup…hati-hati!!!” aku ulangi lagi mengingatkan.
Belum ada semenit aku menutup mulut tiba-tiba gubrak….
“Ucup………..”, aku teriak-teriak karena Ucup jatuh.
“Pak berhenti Pak”, Galang menyuruh Pak Sopir kereta-keretaan menghentikan keretanya. Padahal kereta sudah jalan agak jauh dari Ucup. Mau tak mau harus mundur buat menjemput Ucup.
“Ucup…coba lihat, ada luka gak?” aku coba memapah Ucup naik ke kereta. Dan keretapun jalan lagi.
Lagi-lagi kejadian ini membuat temen-temen ku pada ketawa. Temen-temen ku pada ngetawain Ucup, karena memang mereka pikir Ucup sudah malu-maluin banget.
“Aduh…sakitnya”, Ucup meringis kesakitan.
“Kamu sih Cup, kalau dibilangin itu nurut”, aku coba memegang tangan Ucup yang luka, agak bengkak.
“Alah Rend, biarin aja. Dibilangin juga ngeyel tuh anak”, Mustiko melongo melihat luka Ucup.
“Ya kasihan lagi”.
Ku terus pegangi lengan Ucup. Kasihan, baru jatuh tapi pada diledekin sama temen-temen. Tapi gimana lagi, salah dia sendiri. Dikasih tahu juga gak mau nurut.
“Aduh Rend, sakit”.
“Halah manja, diemin aja Rend”, Mustiko menanggapi rengekan Ucup.
Aku pun terus mencoba mengobati Ucup.

Waktu terus berjalan kisah ini akan tetap abadi.
Keindahan Kaliurang hari itu tak akan pernah terlupakan. Juga teman-temanku yang juga dah malu-maluin. Walau bagaimana pun juga saat-saat berharga penuh kenangan ini akan selalu membuatku ketawa. Selalu ketawa karena tingkah konyol anak lulusan SMA.                    Mereka  adalah kawan-kawan rendy



Yogyakarta 19 Desember 2010/ 22.44
Rendy Andromeda

Rend kangen kebersamaan dan kekonyolan kalian semua


Tidak ada komentar:

Posting Komentar