Rabu, 22 Desember 2010

SALING MEMBISU

Panas siang itu membuat Rend merasa tubuhnya bercucuran keringat. Laki-laki berusia 23 tahun itu mengipas-ngipaskan buku yang dipegangnya, sesekali terlihat mengusap mukanya dengan tangan yang satunya.
Entah apa yang sedang ia tunggu, sampai merelakan tubuhnya terbakar terik sang mentari. Berdiri diambang gerbang kampus.
Jogja siang itu memang terasa sangat panas. Namun panas bukan halangan bagi Rend untuk menantikan kehadiran seseorang.
“Wah itu dia”, setelah berjam-jam menunggu akhirnya muncul juga. Sesosok wanita berperawakan tinggi kuning langsat dengan senyum merekah di bibirnya.
“Hai dah lama”, sapa gadis itu yang ternyata bernama Aura.
“Iya lumayan belum lama kok”, balas Rend dengan senyum malu-malu.
Lalu mereka mencari tempat teduh di dalam kampus tepatnya di depan perpus tempat favorit Rend.
Detik ganti menit, menit ganti jam tak juga ada pembicaraan dari keduanya. Rand terlihat kaku dan salah tingkah di hadapan Aura, wanita yang coba dia dekati. Aura pun demikian adanya hanya diam tak tahu mesti bicara apa karena dia juga tak begitu tahu apa maksud Rend mengajaknya bertemu.
Akhirnya setelah 2 jam saling membisu mereka berpisah untuk pulang tapi mereka janji akan ketemu lagi nantinya.
2 hari sejak kejadian di depan perpus, Rend lebih banyak murung dan diam menyendiri. Seperti siang itu yang lagi-lagi dengan udara yang panas Rend duduk di depan Lab kimia.
“Hayo nglamun lagi”, Nita sahabat Rend mengagetkan lamunan Rend.
Sembrul…kalau aku jantungan gimana?”
“Yelaa gak bakalan lagi. Lagian ngelamun mulu udah tua juga kerjaannya ngelamun”, Nita duduk menghadap Rend.
“Iyo udah tua. Makannya tak ada wanita yang mau ma aku”, dengan tampang melasnya Rend terlihat makin lesu.
“Oalah masalah cewek mulu”.
Rend hanya menggelengkan kepala tanpa bersuara sedikit pun.
“Kan kemarin dah ketemuan ma Rend. Kurang apa coba aku dah tak atur semua rencananya”.
“Iya. Makasih”, masih terlihat Rend lesu.
“Kok Cuma terimakasih?”
“Maunya apa? Mau bayaran, sorry tak ada uang aku. Lagian rencana gagal kok”, kini Rend meletakkan kepalanya di atas meja.
Demi melihat tingkah sahabatnya Nita menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kamu gak usah tanya apa-apa karena tak ada apa-apa”, tanpa ditanya apa yang terjadi 2 hari yang lalu Rend sudah mewanti-wanti Nita seakan dia bisa membaca pikiran Nita bakal tanya tentang pertemuannya dengan Aura.
“Ya cerita dong, siapa tau aku bisa bantu lagi. Masak kamu gak percaya ma Nita”.
Nita terus memaksa Rend untuk bercerita. Satu sikap Nita yang begitu melekat dengan dirinya yaitu selalu ingin tahu. Dia berusaha jadi kawan yang mengenal hati sahabatnya. Walaupun demikian Nita tak pernah memaksa jika temannya tak mau bercerita. Sedangkan Rend dia orang yang selalu jujur dalam setiap keadaan. Jadi kalau Rend bohong Nita bakalan tahu.
“Certa aja kemarin dah ketemu Aura, ngobrol bareng terus rencana mau gimana?”
“Tanyanya jangan kayak kereta api gitu dong”.
Karena ditanya terus Rend menceritakan apa yang terjadi siang itu antara dia dan Aura dari gerbang kampus sampai acara membisu 2 jam. Mendengar semua cerita Rend, Nita hanya tertawa.
“Ha…ha… pantes sekarang jadi tukang ngelamun”.
Rend cuek saja mendengar ucapan Nita. Dia paling hafal tentang Nita yang sukanya ngledek tapi pinter kasih saran
“Itu namanya kalian jaim. Kamu nunggu Aura bicara duluan. Aura pun demikian adanya dia nunggu kamu duluan untuk berucap. Lagian kamu cowok masak mulai pembicaraan aja kagak bisa. Sini aku privat tapi bayar lho”.
Nita terus nerocos memberi tanggapan sambil terus ketawa, diketawain terus-terusan Rend jengkel.
“Udah ketawain aja terus. Kasih ide atau apa kek”.
“Ya maaf. Ya udah ketemuan lagi aja. Buat janji sono ma Aura. Tar aku ajarin cara berucap merayu-rayu gitu”, agak membanggakan diri.
“Telat. Aku udah buat janji kok ma Aura. Nanti malam aku bakal ke rumahnya”, bangkit dari duduknya berdiri tegak bak superhero.
“Wuih keren, kemajuan. Tapi sama aja sih kalau masih takut memulai pembicaraan”, mengikuti gerakan Rend
“Lha kan kamu bakalan kasih privat ma aku”.
Nita hanya senyum dia tahu kalau Rend pasti butuh bantuan dia. Masalah mendekati orang dan gaya merayu memang Nita ahlinya.
Sudah banyak orang yang saling dekat karena jasa Nita padahal dia sendiri tak pernah punya kekasih. Menurut dia kekasih bukanlah yang dia cari saat ini, tapi sahabat dan pendamping yang setia nantinya yang dia cari.
“Oke. Tapi bayar lho”.
“Gampang”.
“Sip, dijamin privat sama Madam nita tak kan ada kebisuan lagi. Rend bakalan cap cus ngobrol apa pun”.
Dan benar saja, setelah seharian yang panas Rend belajar bicara pada Nita semua berjalan sesuai rencana. Malamnya tak ada lagi adegan membisu antara Rend dan Aura.  
Terima kasih buat Nita yang sudah mau berbagi ilmunya pada Rend

Yogyakarta 22 Desember 2010/ 21.09
Rendy Andromeda



Tidak ada komentar:

Posting Komentar