Sabtu, 25 Desember 2010

CIBODAS

Hutan Cibodas, 2000
Saat itu aku masih kelas 1 SMP. Kebetulan sekolah mengadakan kemah bakti di hutan Cibodas. Setiap peserta harus ikut acara tersebut. Bagi yang tidak ikut akan mendapat sanksi. Sanksinya biasanya adalah ikut perkemahan tahun berikutnya.
Tahu sendiri namanya perkemahan biasanya memakai hutan belantara. Dan kebetulan saat itu kami mengadakan kemah di hutan Cibodas, Hutan ini lumayan jauh dengan sekolah. Mungkin sekitar 5 jam dari sekolah. Namun yang namanya hutan tetaplah hutan, tak ada penerangan layaknya perkampungan. Orang-orang sering menyebut kalau hutan Cibodas ini adalah salah satu hutan yang angker. Konon menurut cerita ada seorang bapak tua yang menunggu atau tepatnya penghuni satu pohon di hutan Cibodas tersebut. Pohon itu dinamakan Randu Alas.
Katanya juga (banyak katanya nich) randu alas itu sering menangis bila diperlakukan tidak wajar. Percaya gak percaya terserah diri masing-masing yang mengartikan. Kalau masyarakat sekitar banyak yang percaya, tapi bagi para pendatang lebih memilih untuk cuek saja.
Bukan randu alas bukan pula Pak Tua yang ingin kuceritakan. Melainkan ini cerita beberapa temanku. Tepatnya dua orang teman cewek yang sama-sama mempunyai nama “UTAMI”, kedua temanku ini tiba-tiba saja waktu di perkemahan itu kesurupan. Meronta-ronta dan berteriak-teriak. Mengucapkan hal-hal yang sama sekali tidak kami pahami.
Kami para peserta kemah bakti panik dan takut. Guru-guru dan pembina merasa kewalahan mengatasi hal ini. Dua sekaligus dan pada saat yang bersamaan mereka kesurupan. Keduanya berusaha untuk saling komunikasi. Kata seseorang yang bisa melihat dunia lain tentang hal-hal demikian mengatakan kedua temenku yang mempunyai nama Utami tersebut mengalami yang namanya ketempelan (istilah Jawa) atau kesurupan penunggu hutan Cibodas.
Setelah kejadian itu, kami para peserta kemah tidak boleh keluar tenda dan harus selalu bersama-sama. Aku pribadi merasa takut banget, apalagi mengingat yang kerasukan adalah teman dekatku.
Tiga hari berjalan akhirnya kemah pun usai. Kemah berjalan sebagai mana mestinya walau menyisakan kisah kesurupan yang sempat heboh dan membuat panik seluruh peserta juga pembina pramuka.
Kedua temanku yang kesurupan itu sudah dibawa ke orang pintar dan disembuhkan/ dijauhkan dari para roh-roh yang merasuki tubuh mereka. Namun, ternyata tidak sampai disitu saja. Disaat semua mulai tak lagi memikirkan kejadian kesurupan di Cibodas dan mungkin sudah merasa aman, tanpa ada sebab tiba-tiba saja ketika pelajaran di kelas kedua temanku yang kerasukan tempo dulu kembali lagi kerasukan.
Ya ampun, sepontan semua takut berlarian keluar. Memang kedua temanku yang dirasuki roh itu tidak melakukan hal yang macam-macam atau berbahaya, tapi tetap saja menakutkan. Oh serammmmmm.
Sesekali satu diantara keduanya mendekatiku. Ih takut, tapi menurut Pak Guru aku tidak boleh lari. Aku hanya disuruh diam di tempat dan berdoa saja biar dia tidak macam-macam. Mengingat mereka adalah teman dekatku.
Kalau ingat mereka, merinding aku dibuatnya. Betapa dulunya teman dekat, eh tiba-tiba kesurupan dan seakan tak mengenalku lagi. Tak ada tanda atapun peringatan tiba-tiba aneh, ngomong sendirian tak masuk akal. Kadang lari keluar kelas mencari bunga untuk dimakan. Kejadian ini tidak hanya sekali dua kali, namun sering. Mawar adalah makanan kesukaannya.
Kadang saat mereka melamun lagi-lagi kambuh. Mungkin ini yang dibilang orang-orang agar kita tak keseringan melamun, karena melamun akan mendatangkan kesurupan. Benar-benar nggak ngarep kaya gitu deh. Jangan melamum nanti kesambet lho.
“Ya Allah, semoga aku jauh dari roh-roh itu. Amin.”
Untuk mencegah agar tak kerasukan lagi jalannya dengan selalu mengajak mereka ngobrol, bermain agar lupa dari hal-hal yang mempengaruhi pikirannya. Tapi tetep bagi kita yang waras, benar-benar takut bergaul dengan dua orang itu. Salah-salah bisa kita kena imbasnya. Kalau mereka sampai marah dan melukai, pasti kita yang ada di dekatnya yang akan kena.
Saat kerasukan mereka akan ngamuk-ngamuk. Kekuatannya seakan makin bertambah, terbukti dari beberapa orang yang memeganginya kewalahan. Meronta kadang pingsan. Lebih takut lagi bila yang satu kesurupan akan mencari yang lainnya (karena beda kelas). Menurut cerita lagi (karena memang cuma denger dari mulut ke mulut) katanya mereka kesurupan bukan dari roh pohon randu alas di Cibodas tapi dari roh kembar dua jasad yang dikuburkan di sekolah kami. Wah-wah saat itu banyak yang percaya saja sama cerita itu, termasuk aku pribadi. Kami benar-benar makin takut untuk sekolah, untung saja tak menghalangi niat kami untuk tetap masuk walau didera perasaan takut.
Menginjakkan kaki di kelas 2B adalah butuh nyali yang benar-benar gede. Pasalnya menurut cerita yang entah benar atau hanya hisapan jempol belaka, katanya (tetep katanya) di kelas 2B itulah jasad salah satu kembar dikubur. Dan si kembar yang satunya entah ada dimana?
Misteri apa penyebab kesurupan temanku itu masih belum terbongkar sampai lulus SMP bahkan sampai detik ini. Aku tidak tahu setelah itu mereka masih sering kesurupan atau sudah benar-benar sembuh. Sejak saat itulah kami jarang ketemu lagi. Kabar terakhir yang kudengar, mereka berdua sudah berkeluarga dan sama-sama sudah mempunyai anak. Kemungkinan besar roh-roh itu sudah tak bersama mereka lagi.
Pelajaran tersendiri bagiku. Jangan sekali-kali memikirkan yang tidak-tidak, atau mengosongkan pikiran. Karena ada mahkluk lain disekitar kita. Jangan sampai memancing mereka untuk menguasai kita. Dan aku pun harus pandai-pandai membetengi diri, dengan cara selalu mengingat-Nya. Dimana pun dan kapan pun tak sedikitpun kita patut melupakan-Nya. Selalu ingat pada-Nya, berdoa dan memohon sesuatu hanya pada-Nya.
Saat menuliskan ini aku masih ingat gimana mereka kalau menawari aku mawar. Hem kenapa harus mawar makanan favoritnya? Kenapa waktu itu gak minta nasi padang saja? Opst. Malah lucu dong, masak Jin makan nasi padang. Mawar merah dan cara memakannya, ya ampun seakan mereka menikmati banget makanan itu.
Lagi-lagi atas nama sahabat dengan santainya mereka menawariku, otomatis kumenolaknya sambil bergidik. Jangan sampai makan mawar selama masih ada nasi dan roti.
Sekali lagi pelajaran dari kejadian ini adalah bahwa kita hidup berdampingan dengan mahkluk lain ciptaan-Nya. Kita sebagai mahkluk manusia yang dibilang paling mulia harusnya sadar akan keberadaan mereka dan tak mengganggunya.


Yogyakarta 25 Desember 2010/ 17.50

Rendy Andromeda

Untuk teman-teman  Alumi SMP, semoga kalian masih mengingatnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar