Minggu, 19 Desember 2010

KISAH SEPOTONG UBI GORENG

Jika aku makan ubi goreng, maka aku akan teringat pada kisah yang telah lampau. Kisah yang tak mudah dan bahkan mungkin tak akan kulupakan. Kisah tentang ubi goreng, aku dan someone. Peristiwa itu aku alami setelah aku mengenalnya kurang lebih satu setengah tahun. Satu setengah tahun ternyata bukanlah waktu yang singkat dan sungguh satu setengah tahun itu sesuatu yang sangat berharga. Kisah kita satu setengah tahun berakhir dengan perpisahan untuk selama-lamanya
Dia, sebut saja Mbak Ratna, dia adalah juru masak yang setiap hari mengirimi rendy makan, Rendy tidak pernah masak, jadi lebih memilih pesan catering, maklum aku hidup sendirian.
Aku juga salut dan kagum pada ketaqwaan dan keimanannya. Setiap azan berkumandang segera dia tinggalkan kerjaannya dan sholat. Tak peduli warung ramai atau sepi dia bakal meninggalkan kerjaan dan menuju masjid untuk sholat
Sosok yang jarang bisa ku temui dilingkungan yang baru ku kenal, satu setengah tahun.
Rend”
Rend. Ya, bukan Rendy tapi Rend dia sering memanggilku. Tak akan ku lupa sosoknya, yang setiap pagi menyambutku dengan senyum ramahnya
Saat ku tulis kisah ini, betapa aku sangat merindukanmu Mbak Ratna
Seperti yang ku bilang entah kapan tepatnya, yang jelas satu setengah tahun saat aku mengenal dan mulai akrab dengannya, saat itu pula dia pergi dari hadapanku untuk selama-lamanya.
Allah telah memanggilnya dengan tanpa peringatan atau tanda-tanda sedikitpun. Pilu rasanya mengingat itu semua. Orang yang benar-benar baru kita kenal dan baik menerima kita, tanpa ada kata terakhir atau pesan terakhir pergi begitu saja.
Malam itu kami bersama teman-teman mau mengadakan acara amal buat orang jompo, rencananya kami mau bagi-bagi makanan dan tanda mata, kami sepakat memanggil Mbak Ratna buat memasak makanan untuk kami bagi-bagikan esok hari.
Malam itu sekitar jam 9 malam ku lihat dia telah berbaring dikamar deket dapur, dia berkata kalau dirinya lagi tidak enak badan, masuk angin. Dia meminta untuk istirahat terlebih dahulu. Namun apa yang terjadi berikutnya? Ketika aku dan semua tengah dinina bobokan oleh mimpi-mimpi dalam tidur sekitar jam 1 dini hari, teman-teman yang lain membangunkan seisi rumah mengabarkan bahwa Mbak Ratna tiba-tiba kejang. Aku dan teman yang laki-laki berusaha menyelamatkannya dengan membawanya ke rumah sakit terdekat. Tapi Sang Kuasa berkata lain, dan Mbak Ratna meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit tanpa sedikit pun bantuan sempat dia terima. Meninggalnya pun sungguh dengan sangat tenang tanpa harus merepotkan yang lain.
Tubuhku lemas, dadaku sesak, air mata terus mengalir mendengar semua itu. Sesosok yang ku kagumi harus berpulang pada-Nya malam itu juga. Pergi untuk selamanya dan tak kan kembali.
Malam itu duniaku begitu gelap. Masih kuingat dan terbayang selalu,apa yang terjadi sebelum malam itu datang. Pagi itu sebelum malam itu datang menjemput mautnya, kita masih saling berbagi. Berbagi makanan yang sebelumnya tak pernah kami lakukan dengan cara unik seperti ini. Makanan yang kami bagipun bukanlah makanan yang mewah, bahkan dibilang makanan yang murah meriah. Kami berbagi ubi goreng. Secuil ubi goreng diakhir-akhir hayatnya untukku.
“Wah mau Mbak, bagi dong.”
“Tinggal satu Rend.”
“Weh, buat aku saja Mbak.”
“Gak mau. Kamu tak bagi aja. Kamu tepung kulit luarnya, aku ubi si dalemannya.”
“ Gak mau, pokoknya bagi adil Mbak. Bagi rata sama aku.”
Ubi dibalut tepung terigu dan digoreng, nikmatnya dimakan saat masih panas. Kisahku denganmu ternyata berakhir disana. Satu kenangan yang akan senantiasa mengingatkanku pada sosok yang tak mudah menyerah, yaitu kauMbak Ratna.
Sungguh aku tak menyangka lewat secuil ubi goreng, dia bagikan keceriaan dan kisah terakhirnya padaku. Kadang menyesal kenapa tak ku suruh saja dia makan ubi goreng itu sendiri tanpa harus membaginya secuil untukku. Aku saat ini masih bisa menikmati ubi goreng, sedangkan dia? Semoga engkau bahagia disana, My Sister.
Mengenalmu adalah sebuah kisah indah dalam hidupku.
Secuil ubi goreng untuk mengingat senyum terakhirmu. Kamu selalu hidup dalam hatiku.
Kisah secuil ubi goreng untuk engkau yang ada disana.
Dari secuil ubi goreng  ku kabarkan kisah ini di bumi ditempat ku berpijak.
Yogyakarta 18 Desember 2010/ 19.39
Rendy Andromeda
Untuk someone, semoga engkau tenang disana saudaraku,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar